Sebuah citra hiperspektral adalah sebuah citra yang
memiliki informasi dari beragam spektrum elektromagnetik. Spektrum-spektrum
tersebut disimpan dalam bentuk tumpukan ‘citra’ yang masing-masing mewakili
rentang spektrum elektromagnetis tertentu yang biasa disebut sebagai spectral
band. Kumpulan ‘citra’ tersebut dikombinasikan sehingga membentuk kubus
hiperspektral untuk kemudian dapat diproses dan dianalisis.
Sensor Hyperion merupakan salah satu sistem sensor
hiperspektral yang paling awal dipasang pada satelit, bahkan lebih dahulu
daripada MERIS pada Envisat1. Sebenarnya Satelit EO-1 (Earth Observer-1) yang
diluncurkan pada 21 November 2000 dan mengorbit pada ketinggian 706 km di atas
bumi serta mengorbit sinkron matahari mengusung sensor Hyperion ALI (Advanced
Land Imager) dan LEISA (Linier Imaging Spectrometer Array).
Hyperion menarik untuk dibahas karena katalog
perekamannya sangat mirip dengan Landsat -7. Satelit EO-1 dirancang sedemikian
rupa sehingga dengan tinggi orbit 705 km dan inklinasi 98.70,
merekam dengan formasi menit lebih lambat daripada Landsat-7,namun pada jalur
yang sama persis. Hanya saja, lebar sapuannya lebih se,mpit, yaitu hanya 7,5 km
melalui perekaman melintang arah jalur orbit( across-track scanning).
Dengan selisih waktu yang hanya 1 menit ini, perbandingan antara citra yang dihasilkan
oleh Lansat-7 dan EO-1 tentu saja mudah dilakukan karena selisih waktu tersebut
cukup kecil untuk mempertimbangkan adanya perbedaan kondisi atmosfer. Table 4
menyajikan spesifikasi saluran spectral pada satelit EO-1.
Saluran hyperion memiliki 220 saluran spectral
berkisar antara 0-4 hingga 2,35 µm, sementara ALI mempunyai 10 saluran berkisar
0,4 hingga 2,4 µm. keduanya memberikan data citra pada resolusi spasial 30
meter,sama seperti Landsat ETM+.LEISA merupakan suatu subsistem pengkoreksi
atmosfer (atmospheric corrector) yang merupakan instrument hiperspektral
dengan jumlah saluran sebanyak 256 bau pada kisaran antara 0,9 hingga 1,6 µm
pada resolusi spasial 250 m. LEISA dirancang untuk mengkoreksi kandungan uap
air di atmosfer.
Spesifikasi saluran pada satelit eo-1
Saluran
|
Resolusi spektral
|
Resolusi spasial pada nadir
|
Advanced Lang Imager (ALI)
|
||
MS-1
|
0,433 – 0,453 µm
|
30 x 30 meter
|
MS-1
|
0,450 – 0,510 µm,
|
30 x 30 meter
|
MS-2
|
0,525 – 0.605 µm
|
30 x 30 meter
|
MS-3
|
0,630 – 0,690 µm
|
30 x 30 meter
|
MS-4
|
0,775 – 0,805 µm.
|
30 x 30 meter
|
MS-4’
|
0,845 – 0,890 µm.
|
30 x 30 meter
|
MS-5’
|
1,20 – 1,30 µm.
|
30 x 30 meter
|
MS-5
|
1,55 – 1,75 µm.
|
30 x 30 meter
|
MS-7
|
2,08 – 2,35 µm.
|
30 x 30 meter
|
Pankromatik
|
0,480 – 0,690 µm.
|
10 x 10 meter
|
Hyperion Hyperspectral
Sensor
220 saluran, 0,4 – 2,4 µm, pada 30 x 30 m
|
||
LEISA Atmospheric Corrector
(LAC)
256 saluran, 0,9 – 1,6 µm, pada 250 x 250 m
|
||
Lebar sapuan
|
||
Revisit
|
16 hari sekali, sama dengan
Landsat-7
|
Di bawah ini, terdapat tabel
mengenai karakteristik dari citra satelit hyperion
:
Tabel 1.
Karakteristik Instrumen Hyperion
Dengan kekuatan di sektor
resolusi spektral, maka data hyperion ini sangat cocok dalam pengklasifikasian
suatu objek. Suatu objek akan mempunyai nilai spektral yang berbeda dengan
objek yang lainnya, sehingga dengan menggunakan data citra satelit hyperion
beserta sedikit pengolahan di software,
maka kita bisa memprediksi objek yang kita lihat pada data hyperion tersebut
berdasarkan nilai spektral-nya (library nilai spektral-nya sendiri
bisa di dapatkan di situs-nya NASA) atau kita juga dapat membuat library
nilai spektral terhadap objek-objek yang kita kehendaki dengan cara survey
langsung ke lapangan ataupun cara mudahnya kita bandingkan dengan citra satelit
lain yang mempunyai nilai resolusi spasial tinggi (bisa dari Google Earth ataupun Quickbird, WorldView-1, atau
WorldView-2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar